Tribute for
Pale Blue Dot
Sains,
yah, begitu luas jika kita kaji, dan tak akan habis bahasan oleh para penghaus
ilmu. Sains selalu menyuguhkan hal yang incredible yang tak pernah terpikir
sebelumnya. Hal amazing yang setiap penemu dan penikmatnya terbius dan memandang
decak kagum. Terakhir kali saya sebegitu takjubnya pada sains yaitu saat sang
blackhole dapat didokumentasikan eksistensinya dan dinikmati setiap insan. Dan yah,
hal ini menunjukan bahwa manusia itu tidak ada apa – apanya dari makhluk lain
yang Alloh ciptakan.
Hingga
akhirnya saya berkenalan dengan Pale Blue Dot. Pale Blue Dot atau dalam Bahasa Indonesianya
titik biru pucat adalah foto planet bumi yang diambil pada 14 Februari 1990
oleh wahana antariksa Voyager I. Voyager I diluncurkan dari stasiun luar
angkasa NASA pada 5 September 1977. Tour Voyager tersebut terus bergerak
menjauhi bumi dengan misi mengambil data Jupiter dan Uranus. Dari sinilah kita
mengetahui kedua planet tersebut memiliki cincin. Hingga dikirimlah berupa foto
gelap tak jelas yang diambil dari jarak 6 miliar kilometer dari bumi. Sebuah foto
yang kini dikenal dengan pale blue dot. Ilmuan mengklaim bahwa titik di foto
tersebut adalah rumah kita.
Gambar
ini menunjukan pandangan menakjubkan dan tak terduga tentang tempat hidup manusia. Coba lihat lagi, itu
hanya titik, yang bahkan begitu mirip dengan titik debu di jendala mobil kita. Titik
yang mana kita menumpang hidup. Tempat yang hanya setitik itu dihuni dengan
berbagai ras, agama, adat, dan budaya. Tempat kita bertumpu, tempat orang yang
kita cintai bertumbuh, dan anak cucu kita hidup.
Di
titik pucat itu pula seolah semua dinamika, perebutan kekuasaan, perang saudara,
penindasan, keserakahan, kesombongan, kelaparan, hingga konfik berujung
pembunuhan, apapun itu tegambar. Hanya diwakili kurang dari satu pixel. Garis tipis
imaji dari sebuah realitas. Tidak kah kita sadar betapa kecilnya kita?
Titik
kecil itu seringkali kita sebut dunia. Dan kita, yang katanya mengaku manusia,
masih memperebutkan dan menyombongkan hal duniawi dari setitik itu? Tidakkah kita
yang menyombongkan dunia itu lebih hina dibanding syaitan yang menyombongkan surga?
Bukankah
Alloh itu menilai dunia tidak lebih dari sebelas sayap nyamuk? Seandainya, kata
Nabi Muhammad, dunia ini di mata Alloh ada harganya pasti Alloh ga mau ngasih
pada orang yang tidak beriman. Berhubung dunia ini tidak ada nilainya, maka
Alloh kasihlah pada orang yang tidak beriman. Sedangkan hal yang bernilai di
sisi Alloh, Alloh kasih pada orang beriman yang sabar.
Hari
ini, tepat pale blue dot didokumentasikan, menjadikan refleksi untuk kita. Merenung
dan berpikir, untuk apa hidup ini. Di titik pucat itu kita bernaung, betapa
kecilnya kita. Lantas, apa yang bisa kita sombongkan?!