Tasikmalaya, Mei 2012
Yth. Drs.H.Susilo Bambang Yudhoyono
Di
Jakarta
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Seiring
angin yang berhembus, seiring waktu yang berjalan, seiring rasa persatuan yang
mengalir begitu deras di hati insan Indonesia, saya ucapkan salam hormat kepada
Bapak sebagai sosok berpengaruh di negeri ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberi Bapak kesehatan, ketegaran, dan kekuatan dalam mengemban tugas suci nan
mulia sebagai Presiden saya dan rakyat Indonesia yang lain.
Alangkah
lebih baiknya jika surat yang saya tulis ini saya awali dengan perkenalan diri.
Nama saya Bhekti Pratiwi. Saya adalah seorang pelajar kelas 12 SMA di salah
satu sekolah menengah atas negeri di Kota Tasikmalaya. Dan kini saya bersama
teman-teman sedang berjuang untuk dapat diterima sebagai mahasiswa di perguruan
tinggi negeri favorit.
Anjing menggonggong kapilah berlalu.
Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan sikap saya terhadap keberadaan
perkembangan pemerintahan negara ini, terhadap kehidupan politik, dan hiruk
pikuk yang terjadi di dalamnya. Bagi saya apalah artinya mengerti dan memahami semua itu, karena sulit
rasanya untuk mencerna apa yang terjadi di negari ini bagi seorang pelajar
biasa seperti saya ditengah tugas saya yang harus belajar dan belajar.
Tetapi
ada kiranya suatu peristiwa yang membuat saya ingin mencoba mengetahui dan
memahami bahkan hal inilah yang mendorong saya memberanikan diri menulis surat
kepada Bapak. Pada minggu-minggu menjelang Ujian Nasional, telinga saya
dihangatkan dengan pemberitaan mengenai kenaikan harga BBM lengkap dengan
demonstrasi penolakan yang terjadi dimana-mana. Sungguh ironis pikir saya
terhadap sikap beringas para demonstran yang mengatas namakan rakyat kecil.
Dalam benak saya selalu terlintas pertanyaan mengapa mereka melakukan itu ?
Pikiran saya yang tidak mengerti apa-apa, selalu ingin mengatakan pada mereka
sudahlah kita ikuti saja alur yang pemerintah jalankan, toh pemerintah pasti
telah mempertimbangkan segala macam risiko yang akan dihadapi.
Sampai
pada malam itu, saya melihat Bapak berpidato dengan kharisma yang mampu membuat
saya terkesima. Di tengah gejolak dan dilema yang Bapak hadapi sebagai seorang
presiden, Bapak mampu mengambil dan menyampaikan keputusan dengan bijak. Saya
masih ingat akan perkataan Bapak bahwa Bapak akan selalu ada untuk rakyat.
Sungguh hal itulah yang membuat saya terdorong untuk mengucapkan rasa
terimakasih yang teramat dalam untuk Bapak. Saya sebagai seorang rakyat yang
tak tahu apa-apa hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena Bapak telah
menjadi presiden saya dan bertindak dengan penuh bijaksana. Saya sepenuhnya
memahami, bahwa bukan ucapan terimakasih yang Bapak inginkan dari rakyat. Saya
sepenuhnya mengerti bahwa dengan menjadi penerus bangsa yang bersinarlah, merupakan
cara tepat bagi saya untuk mengucapkan
terimakasih kepada Bapak. Namun, saya hanya ingin Bapak tahu, bahwa ada rakyat
Bapak yang ingin sekali mengucapkan kata terimakasih kepada Bapak.
Itulah
Bapak sebab saya menulis surat ini. Besar harapan saya Bapak dapat membalas surat
saya. Namun saya menyadari kesibukan Bapak dalam mengemban amanah dari Allah
SWT. Maka dari itu saya akan merasa sangat senang walau Bapak hanya membaca
surat saya. Saya hanya meminta Bapak tetap istiqomah dalam menjalakan amanah
ini, tetap istiqomah menjadi pemimpin negeri ini, tetap istiqomah berlaku arif
dan bijaksana di sisa masa bhakti Bapak sebagai seorang presiden. Saya akan
senantiasa menunggu pemberitaan di stasiun televisi mengenai sikap dan
kebijakan Bapak. Dan saya akan menganggap itu sebagai balasan surat dari Bapak
untuk saya. Saya meminta maaf apabila surat saya ini hanya menjadi sampah yang
tak berguna. Satu hal terakhir yang saya ingin katakan, jika waktu itu Bapak
berkata akan selalu ada untuk rakyat maka mulai saat ini saya juga akan selalu
ada untuk Indonesia. Terimakasih Bapak. Terimakasih !
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Hormat
saya,
Bhekti
Pratiwi
0 komentar:
Posting Komentar