Senin, 18 Juni 2012

A Letter to President



Tasikmalaya,   Mei 2012
Yth. Drs.H.Susilo Bambang Yudhoyono
Di
Jakarta


Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Seiring angin yang berhembus, seiring waktu yang berjalan, seiring rasa persatuan yang mengalir begitu deras di hati insan Indonesia, saya ucapkan salam hormat kepada Bapak sebagai sosok berpengaruh di negeri ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberi Bapak kesehatan, ketegaran, dan kekuatan dalam mengemban tugas suci nan mulia sebagai Presiden saya dan rakyat Indonesia yang lain.
Alangkah lebih baiknya jika surat yang saya tulis ini saya awali dengan perkenalan diri. Nama saya Bhekti Pratiwi. Saya adalah seorang pelajar kelas 12 SMA di salah satu sekolah menengah atas negeri di Kota Tasikmalaya. Dan kini saya bersama teman-teman sedang berjuang untuk dapat diterima sebagai mahasiswa di perguruan tinggi negeri favorit.

            Anjing menggonggong kapilah berlalu. Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan sikap saya terhadap keberadaan perkembangan pemerintahan negara ini, terhadap kehidupan politik, dan hiruk pikuk yang terjadi di dalamnya. Bagi saya apalah artinya  mengerti dan memahami semua itu, karena sulit rasanya untuk mencerna apa yang terjadi di negari ini bagi seorang pelajar biasa seperti saya ditengah tugas saya yang harus belajar dan belajar.
Tetapi ada kiranya suatu peristiwa yang membuat saya ingin mencoba mengetahui dan memahami bahkan hal inilah yang mendorong saya memberanikan diri menulis surat kepada Bapak. Pada minggu-minggu menjelang Ujian Nasional, telinga saya dihangatkan dengan pemberitaan mengenai kenaikan harga BBM lengkap dengan demonstrasi penolakan yang terjadi dimana-mana. Sungguh ironis pikir saya terhadap sikap beringas para demonstran yang mengatas namakan rakyat kecil. Dalam benak saya selalu terlintas pertanyaan mengapa mereka melakukan itu ? Pikiran saya yang tidak mengerti apa-apa, selalu ingin mengatakan pada mereka sudahlah kita ikuti saja alur yang pemerintah jalankan, toh pemerintah pasti telah mempertimbangkan segala macam risiko yang akan dihadapi.
   Sampai pada malam itu, saya melihat Bapak berpidato dengan kharisma yang mampu membuat saya terkesima. Di tengah gejolak dan dilema yang Bapak hadapi sebagai seorang presiden, Bapak mampu mengambil dan menyampaikan keputusan dengan bijak. Saya masih ingat akan perkataan Bapak bahwa Bapak akan selalu ada untuk rakyat. Sungguh hal itulah yang membuat saya terdorong untuk mengucapkan rasa terimakasih yang teramat dalam untuk Bapak. Saya sebagai seorang rakyat yang tak tahu apa-apa hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena Bapak telah menjadi presiden saya dan bertindak dengan penuh bijaksana. Saya sepenuhnya memahami, bahwa bukan ucapan terimakasih yang Bapak inginkan dari rakyat. Saya sepenuhnya mengerti bahwa dengan menjadi penerus bangsa yang bersinarlah, merupakan cara tepat bagi  saya untuk mengucapkan terimakasih kepada Bapak. Namun, saya hanya ingin Bapak tahu, bahwa ada rakyat Bapak yang ingin sekali mengucapkan kata terimakasih kepada Bapak.
Itulah Bapak sebab saya menulis surat ini. Besar harapan saya Bapak dapat membalas surat saya. Namun saya menyadari kesibukan Bapak dalam mengemban amanah dari Allah SWT. Maka dari itu saya akan merasa sangat senang walau Bapak hanya membaca surat saya. Saya hanya meminta Bapak tetap istiqomah dalam menjalakan amanah ini, tetap istiqomah menjadi pemimpin negeri ini, tetap istiqomah berlaku arif dan bijaksana di sisa masa bhakti Bapak sebagai seorang presiden. Saya akan senantiasa menunggu pemberitaan di stasiun televisi mengenai sikap dan kebijakan Bapak. Dan saya akan menganggap itu sebagai balasan surat dari Bapak untuk saya. Saya meminta maaf apabila surat saya ini hanya menjadi sampah yang tak berguna. Satu hal terakhir yang saya ingin katakan, jika waktu itu Bapak berkata akan selalu ada untuk rakyat maka mulai saat ini saya juga akan selalu ada untuk Indonesia. Terimakasih Bapak. Terimakasih !
           
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.


Hormat saya,


Bhekti Pratiwi
  

0 komentar:

Posting Komentar